Site Loader
Kurikulum inisiatif

Kurikulum Inisiatif (2)

Membangun kurikulum inisiatif itu membutuhkan perencanaan, teladan, dan evaluasi. Kurikulum ini juga membutuhkan ruang bagi setiap orang untuk mencoba dan gagal.

Perencanaan tentu diawali dengan pembuatan tujuan. Manusia sering mengabaikan pentingnya sebuah tujuan. Padahal, dasar kita belajar itu haruslah memiliki tujuan. Memang apa pun yang dialami anak akan menjadi pengalaman. Main games, menciptakan pengalaman. Memanjat pohon bahkan pagar orang pun adalah pengalaman. Masalahnya, tujuan apa yang ingin kita rancang agar anak mendapatkan banyak pengalaman untuk tercapainya tujuan tersebut.
Jika kita ingin anak mahir membuat roti, tentu tidak cukup dengan membaca resep dan langkah-langkah.

Kurikulum inisiatif

Tujuan kan tercapai apabila mereka diberikan ruang untuk mencoba apa yang mereka baca. Kegagalan memberikan kesempatan mereka mencoba segala cara agar bisa berhasil. Dan di pengalaman kesekianlah, anak kita kan menjadi mahir membuat roti.

Membelajarkan anak sebuah inisiatif, tentu bisa dengan memberikan mereka tantangan atau masalah. Pak Ziaulhaq Nawawi memberikan contoh, jika tujuan kita adalah bagaimana anak memiliki inisiatif mematikan alat elektronik setiap kali dipakai, mereka bisa diberikan tantangan untuk bertanggungjawab menurunkan harga listrik di rumahnya.
Jika ingin anak kita tidak membuang-buang makanan, maka buatlah program dimana anak-anak kita terbatas makannya hingga mereka kan merasakan arti lapar.

Dan apakah hanya anak yang menjadi sasaran kurikulum inisiatif? Bukankah ekosistem sekolah juga perlu dukungan ekosistem orang tua? Sekolah Bening bersyukur karena begitu banyak orang tua yang mendukung kami dengn berinisiatif memberikan informasi, networking, bahkan wakaf ilmunya untuk peserta didik di sekolah.
Terima kasih kepada para Orang Tua Siswa Sekolah Bening 🥰

SHARE

Hikmatiyani Nastiti

Ketua Yayasan Bening Indonesia

Post Author: Bening Indonesia Foundation

Leave a Reply

Your email address will not be published.