Dr. Sumarti M Thahir, M.Pd
Menyiapkan Kemandirian melalui Nyantri
Pagi itu, halaman sekolah terasa lebih hidup dari biasanya. Anak-anak kelas 1 Zaid bin Tsabit dan kelas 2 Khalid bin Walid datang sambil membawa perlengkapan pribadi masing-masing. Tas kecil berisi baju ganti, perlengkapan mandi, hingga alat makan sederhana—semua menjadi bagian dari latihan awal: belajar mandiri dan bertanggung jawab atas barang-barang mereka sendiri.
Setelah ISHOMA, para peserta didik diajak membuat sandwich dan meracik susu kurma. Ada yang memotong roti dengan hati-hati, ada yang antusias menuang susu, semuanya belajar bahwa mengolah makanan ternyata menyenangkan dan penuh makna. Selesai makan, mereka mencuci piring mereka sendiri—sebuah langkah kecil namun penting untuk menumbuhkan tanggung jawab sejak dini.
Menjelang sore, anak-anak melaksanakan salat Ashar berjamaah lalu berdzikir petang bersama. Hati mereka ditenangkan dengan lantunan doa, mengajarkan bahwa ibadah adalah bagian dari pembiasaan hidup yang membawa ketenangan.
Usai ibadah, mereka mendengarkan kisah tentang Pangeran Diponegoro—seorang pahlawan yang teguh, berani, dan penuh prinsip. Dengan mata berbinar, mereka menyimak cerita itu sebelum melatih keterampilan sederhana namun penting: melipat baju dan merapikan perlengkapan pribadi.
Malam hari berlangsung hangat. Setelah ISHOMA Maghrib–Isya, anak-anak berkumpul dalam kegiatan BBQ. Asap tipis dan cahaya lampu membuat suasana terasa seperti perkemahan kecil. Mereka kemudian menonton kisah pahlawan Islam, belajar tentang keberanian, kepemimpinan, dan akhlak mulia—nilai-nilai yang ingin ditumbuhkan melalui kegiatan ini.
Ketika jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, peserta didik dibangunkan dengan lembut. Di antara rasa kantuk dan semangat, mereka melaksanakan salat Tahajjud, lalu berangkat ke masjid untuk Subuh berjamaah. Momen ini menjadi pengalaman spiritual yang membekas, membiasakan adab dan kedisiplinan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Pagi yang cerah pun tiba. Anak-anak bergerak riang mengikuti senam bersama, sarapan, lalu melakukan evaluasi kegiatan. Sebagai penutup, mereka melakukan operasi semut—membersihkan area kegiatan secara gotong royong—sebuah bentuk latihan kerjasama yang sangat penting dalam pembentukan karakter.
Kegiatan ini bukan sekadar rangkaian aktivitas. Ia menjadi perjalanan kecil yang mengajarkan kemandirian, menumbuhkan rasa tanggung jawab, melatih keterampilan hidup, memperkuat adab dan pembiasaan ibadah, sekaligus membangun sikap kerjasama antarsesama. Anak-anak pulang dengan wajah ceria—membawa pulang pengalaman yang akan mereka ingat lama.
Share
Penulis
Dr. Sumarti M Thahir, M.Pd
Ketua Pengembangan Literasi Sekolah Bening
Topik
Agustusan Al Izzah Alumni Aqil Balig Awal Semester Berkebun Buku Ekoenzim Feminitas Festival Kuliner Fitrah Hikmatiyani Nastiti Inisiatif Itikaf Jumat Silaturahmi Kelulusan Kemah Kunjungan Kunjungan Kampus Literasi Magang Maskulinitas MPLS Murojaah Numerasi Nyantri Nyantrik Pekan Literasi Perpustakaan PPDB Proyek Individu Renungan Rumah Quran Safar Safar SD SD SL SMA SMP SPS Studi Banding Sumarti M Thahir Talaqqi Wahyudin Yasin





